Perlu diketahui bahwa perayaan kaum muslimin ada dua yaitu ‘Idul
Fithri dan ‘Idul Adha. Anas bin Malik mengatakan,
كَانَ لِأَهْلِ
الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ
يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا
مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
“Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari
Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika
itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau
mengatakan, ‘Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya.
Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu
hari Idul Fithri dan Idul Adha.’
Sejarah Tahun Baru Masehi
Awal tahun Masehi merujuk kepada tahun yang dianggap sebagai
tahun kelahiran Nabi Isa Al-Masih (Yesus Kristus atau dalam bahasa Ibrani:
"Yesua ha-Masiah") karena itu kalender ini dinamakan menurut Yesus
atau Masihiyah (Mesias). Kebalikannya, istilah Sebelum Masehi (SM) merujuk pada
masa sebelum tahun tersebut. Sebagian besar orang non-Kristen biasanya
mempergunakan singkatan M dan SM ini tanpa merujuk kepada konotasi Kristen
tersebut. Sistem penanggalan yang merujuk pada awal tahun Masehi ini mulai
diadopsi di Eropa Barat selama abad ke-8. Penghitungan kalender ini dimulai
oleh seorang biarawan bernama Dionysius Exiguus (atau "Denis Pendek")
dan mula-mula dipergunakan untuk menghitung tanggal Paskah (Computus)
berdasarkan tahun pendirian Roma.
Meskipun tahun 1 dianggap sebagai tahun kelahiran Isa Al-Masih,
namun bukti-bukti historis terlalu sedikit untuk mendukung hal tersebut.
Dionysius Exiguus tidak memperhitungkan tahun 0 serta tahun ketika kaisar
Augustus memerintah Kekaisaran Romawi. Para ahli menanggali kelahiran Yesus
secara bermacam-macam, dari 18 SM hingga 7 SM.
Sejarawan tidak mengenal tahun 0, tahun 1 M adalah tahun pertama
sistem Masehi dan tepat setahun sebelumnya adalah tahun 1 SM. Dalam perhitungan
sains, khususnya dalam penanggalan tahun astronomis, hal ini menimbulkan
masalah karena tahun Sebelum Masehi dihitung dengan menggunakan angka 0, maka
dari itu terdapat selisih 1 tahun di antara kedua sistem.
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45
SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar
dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti
penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM.
Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes,
seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar
penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari,
sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.
Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365
seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun
46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat
tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa
menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini.
Pada tahun 45 SM Kaisar Julius Caesar mengganti
kalender tradisional ini dengan Kalender Julian. Urutan bulan menjadi: 1)
Januarius, 2) Februarius, 3) Martius, 4) Aprilis, 5) Maius, 6) Iunius, 7)
Quintilis, 8) Sextilis, 9) September, 10) October, 11) November, 12) December.
Di tahun 44 SM, Julius Caesar mengubah nama bulan “Quintilis” dengan namanya,
yaitu “Julius” (Juli).
Sementara
pengganti Julius Caesar, yaitu Kaisar Augustus, mengganti nama bulan “Sextilis”
dengan nama bulan “Agustus”. Sehingga setelah Junius, masuk Julius, kemudian
Agustus. Kalender Julian ini kemudian digunakan secara resmi di seluruh Eropa
hingga tahun 1582 M ketika muncul Kalender Gregorian.
Januarius (Januari)
dipilih sebagai bulan pertama, karena dua alasan. Pertama, diambil dari nama
dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua ini, satu muka menghadap ke depan
dan yang satu lagi menghadap ke belakang. Dewa Janus adalah dewa penjaga
gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru.
Kedua, karena 1
Januari jatuh pada puncak musim dingin. Di saat itu biasanya pemilihan konsul
diadakan, karena semua aktivitas umumnya libur. Di bulan Februari konsul yang
terpilih dapat diberkati dalam upacara menyambut musim semi yang artinya
menyambut hal yang baru. Sejak saat itu Tahun Baru orang Romawi tidak lagi
dirayakan pada 1 Maret, tapi pada 1 Januari. Tahun Baru 1 Januari pertama kali
dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM.
Orang Romawi merayakan
Tahun Baru dengan cara saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci.
Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar
Dewa Janus. Mereka juga mempersembahkan hadiah kepada kaisar.
Seperti kita ketahu,
tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan
atau kepercayaan mereka—yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam.
Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang
Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka
menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai
sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal
dalam legenda negara Brazil.
Seperti halnya di
Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon
suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan
kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua
permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua
ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).
Sedangkan menurut
kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New
Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan
selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua
Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa
al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum
Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir
disebut tahun Masehi.
Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi
sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of
Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau
Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana.
Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum
tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau
menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana
banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene
dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan “Selamat Tahun
Baru” dan menyanyikan Auld Lang Syne.Di negara-negara lain, termasuk Indonesia?
Sama saja!
Bagi kita, orang Islam, merayakan tahun baru Masehi, tentu saja
akan semakin ikut andil dalam menghapus jejak-jejak sejarah Islam yang hebat.
Sementara beberapa pekan yang lalu, kita semua sudah melewati tahun baru
Muharram, dengan sepi tanpa gemuruh apapun.
Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru
dimulai dari orang-orang kufar dan sama sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun
baru ini terjadi pada pergantian tahun kalender Gregorian yang sejak dulu telah
dirayakan oleh orang-orang kufar dan di lanjutkan hingga sekarang.