Selasa, 03 Januari 2017

Ormas Betawi dan Eksistensi

Dalam buku Babad Tanah Betawi, Ridwan Saidi sang penulis buku tersebut, “mengklaim” bahwa nenek moyang orang Betawi adalah Aki Tirem atau  Sang Aki Luhur Mulya, seorang penghulu kampung yang  tinggal di pinggiran Kali Tirem, Warakas, Tanjung Priuk.

Aki Tirem sebagaimana yang tercatat dalam Naskah Pangeran Wangsakerta dalam Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara, Parwa 1, Sarga 1, adalah putera Ki Srengga, Ki Srengga Putera Nyai Sariti Warawiri, Nyai Sariti Warawiri puteri Sang Aki Bajulpakel, Aki Bajulpakel putera Aki Dungkul dari Swarnabhumi bagian selatan kemudian berdiam di Jawa Barat sebelah Barat, Aki Dungkul putera Ki Pawang Sawer, Ki Pawang Sawer Putera Datuk Pawang Marga, Datuk Pawang Marga putera Ki Bagang yang berdiam
di swarnabhumi sebelah utara, Ki Bagang putera Datuk Waling yang berdiam di Pulau Hujung Mendini, Datuk Waling putera Datuk Banda, ia berdiam di dukuh tepi sungai, Datuk Banda putera Nesan, yang berasal dari Langkasungka. Sedangkan Nenek moyangnya berasal dari negeri Yawana sebelah barat.

Setelah menikahkan anaknya Pohaci Larasati dengan sorang pangeran pelarian dari India yang berilmu tinggi, Dewawarman, maka keturunan Aki tirem inilah yang oleh Ridwan Saidi disebut sebagai manusia proto betawi. dan terus berkembang sampai sekarang sebagai etnis yang mendiami wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Menurut perkiraan saat ini, orang Betawi yang ada di Jakarta itu ada sekitar 27 persen atau 2.310.587 jiwa. Jumlah ini artinya etnis Betawi menjadi etnis terbanyak kedua setelah etnis Jawa yang sekitar 33 persen. Warga pribumi Jakarta ini hidup terpencar-pencar di lima wali kota. Lalu etnis Betawi yang hidup di Bekasi, Tangerang, dan Depok mencapai angka 2.340.000-an jiwa.

Betawi sebagai etnis sudah ada sejak lama, secara tertulis sebutan orang Betawi pertama kali terdapat dalam dokumen 1644 berupa testament Nyai Inqua, janda Tuan Tanah Souw Beng Kong, Kapiten Tionghoa pertama ditanah Betawi. Tetapi sebagai satuan sosial dan politik, etnis Betawi baru muncul ketika Mohamad Husni Thamrin mendirikan organisasi kemasarakatan Perkoempoelan Kaoem Betawi.  Di saat itu mungkin baru kaum terpelajar dan segelintir saja orang Betawi, yang sadar sebagai suatu golongan etnis yang akan berperan dalam panggung sosial politik.

Ormas Betawi Dan Etnisitas

Organisasi kemasyarakatan adalah salah satu wadah warga, rakyat, masyarakat untuk berekspresi, mengapresiasikan pikirannya ditengah masyarakat bangsa, negara. Dengan wadah ini mereka bebas mengemukakan ide-idenya, melampiaskan isi hatinya serta sadar memperjuangkan hak-hak sipilnya. Dalam rangka pelaksanaan pemerintahan yang baik dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

Ormas itu kepentingannya  lebih luas dan tidak lah sempit, dalam arti tidak hanya mempunyai satu ataupun dua kepentingan saja namun juga memandang kepentingan aspek segi kemanusiaan, sosial, politik dan budaya masyarakat sesuai pasal 1 s/d 6 Undang-undang No.17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Bahwa Ormas berfungsi sebagai sarana dan mewujudkan tujuan negara.

Orang Betawi sendiri, sebagai tuan rumah yang makin tersisih di tengah keragaman etnik di ibu kota, mencoba berhimpun untuk mengangkat eksistensinya. Kini mereka tumbuh sebagai sebuah komunitas dalam beberapa organisasi kemasyarakatan. Bagi sebagian besar warga Jakarta, nama Forum Betawi Rempug atau FBR yang dikomandani KH. Fadholi El Muhir, sudah sangat familiar. Ada yang lewat Forum Komunikasi Anak Betawi (FORKABI), Ikatan Keluarga Besar Tanah Abang (IKBT), Persatuan warga Betawi (PERWABI), Persatuan Masyarakat Betawi(PMB), Persatuan Orang Betawi (POB) dan masih banyak lagi.

Pasca lengsernya Orde Baru, bangsa Indonesia dihadapkan pada realitas sosial politik yang benar-benar tidak menguntungkan dan jauh dari kondusif. Jika selama Orde Baru, aparat negara sering terlibat kekerasan sosial dan politik. Maka di era reformasi ini, aksi-aksi kekerasan diambil alih oleh oknum ormas-ormas sektarian. Ormas-ormas ini ada yang mengusung suku maupun agama.

Kekuatiran memang sering muncul kalau ada ormas yang basisnya adalah ikatan primordial terutama suku. Misalnya, ormas yang berbasis massa betawi seperti FBR, FORKABI, PMB, POB dan lainnya, ormas Banten seperti Persatuan Pendekar Persilatan Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI), Kelompok Ambon, Kelompok Flores, Kelompok Madura dan sebagainya. Kekuatirannya adalah masyarakat justru akan terpecah belah menurut garis-garis primordial. Dan ribetnya lagi semua ormas diluar suku betawi tersebut berbasis tumplek-blek ditempat yang sama, di Tanah Betawi.  

Sebagai Ibu Kota negara, Jakarta memang menjadi impian orang manapun di negeri ini, makanya tak heran setiap tahun, bulan, minggu, hari para pendatang baru terus berbondong-bondong membanjiri Jakarta, sehingga memunculkan kemiskinan dan pengangguran baru. Kemiskinan merupakan salah satu penyebab utama lahirnya premanisme dan “penyakit masyarakat” lainnya. Apalagi kini angka pengangguran terus meningkat. maraknya premanisme lebih disebabkan oleh kemiskinan mental dan kemiskinan natural, dalam arti tidak mempunyai materi. Pelaku premanisme umumnya orang yang tidak mengenyam pendidikan. Selain itu, mereka berasal dari keluarga yang biasanya miskin.

Dikarenakan faktor tersebut, berbagai Oknum Ormas sering terlibat dalam beberapa peristiwa yang memancing emosi massa di Jakarta. Bahkan sentimen primordialisme mereka semakin terbakar, tatkala mereka harus berhadapan dengan etnis lain untuk mempertahankan eksistensinya.

Meskipun terkadang muncul gerakan massa yang begitu keras tekanannya, memakai nama etnis dan kelompok agama, namun sepak terjang ORMAS sangat mempengaruhi situasi di daerah, terutama dalam bidang politik, ekonomi dan social lainnya, bahkan menggeser kedudukan Parpol untuk lebih merespon kepentingan masyarakat.

Wajah Betawi Milenium

Mungkin fenomena ini adalah bagian lain dari wajah betawi millennium selaian yang ditulis Ridwan Saidi dalam bab terakhir buku babad tanah betawi, wajah Betawi millennium bukan Cuma Sarnadi Adam, Ihsanudin Noorsy, Jefry Al-Bukhori, Sandra Dewi.

Wajah Betawi millennium juga adalah Masnah, seorang pelantun lagu-lagu gambang kromong “lagu dalam”, yang tinggal ditangerang dan harus dikembangkan.

Wajah betawi millennium adalah Haji Sama Saleh Cengkareng dan Bang Warno Rawabelong, yang masih sering ngelancarin jurus-jurus pukul seliwa Betawinya, meskipun sudah tidak adalagi anak muda yang datang berguru kepadanya.

Wajah Betawi millennium adalah Nalih cucu Saim, pimpinan grup lenong Kim-Seng, yang anaknya harus putus sekolah karena grup lenongnya sudah jarang sekali di tanggap orang betawi yang hajatan.

Wajah betawi millennium adalah para pemuda kita yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan melestarikan budayanya.

Dan beruntung kite masih ada FBR, FORKABI, PMB, IKBT, POB dan lainya, yang meskipun berparas jawara, namun masih mampu berpartisipasi membina, memberdayakan, memelihara, menjaga dan memperkuat masyarakat pribumi dan non-pribumi dan masih mampu memalingkan wajah orang-orang dari suku lain untuk tetap mengingat Betawi, atau untuk memberi tahu bahwa betawi masih eksis di kampungnya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar