Tak heran
jika ditanah betawi sebagai ibukota Jakarta dikenal sebagai masyarakat
multikultural (memiliki latar belakang budaya yang beragam) Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah
kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang
Betawi — dalam arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen
dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu.
Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur
ke luar Jakarta. Proses
asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus
berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah salah satu caranya Kerempugan
Betawi hadir di bumi Nusantara.
Alhamdulillah, Berkat semangat Almagfurllah Alm. KH. A Fadloli El Muhir
yang bertekad bulat untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Betawi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kerempugan dapat membangkitkan semangat
masyarakat betawi melalui Organisasi Forum Betawi Rempug yang ia dirikan
bersama para Tokoh Betawi lainnya.
Sehingga
dengan jerihpayah kerempugan yang mereka lakukan membuahkan hasil yang sangat
berarti bagi kelangsungan hidup bangsa, negara dan masyarakat betawi khususnya
didalamnya. Atas dasar kerempugan inilah semangat masyarakat betawi lebih semangat
untuk bangkit dan semakin kuat menghadapi arus era moderenisasi ibukota Jakarta
dikenal sebagai masyarakat multikultural.
Kerempugan bukan
hanya kalimat semata yang kita ketahui. Akan tetapi kalimat tersebut mengandung
makna yang sangat penting.
Kerempugan itu
menumbuhkan sifat
kekeluargaan, kebersamaan dan memperkuat Tali silahturahmi, dengan tujuan membawa kedamaian dan
ketentraman di DKI Jakarta, agar tidak ada lagi perpecahan maupun
pertikaian yang membuat bangsa kita tidak saling menyakiti satu sama lain.
Kerempugan itu menumbuhkan sikap tolong
menolong, toleransi dan rasa kemanusiaan di setiap lingkungan,
dengan tujuan setiap orang mampu menghargai adanya perbedaan dan berperilaku
adil terhadap sesama yang membutuhkan bantuan, agar tidak menimbulkan rasa iri
hati.
Kerempugan itu mengadakan
musyawarah dalam setiap kegiatan, yang berarti kerempugan dapat
mewujudkan adanya musyawarah dalam menentukan suatu keputusan yang terbaik
untuk masyarakat dan bangsa, tanpa mementingkan kepentingan pribadi.
Tanpa
adanya kerempugan dalam diri, bermasyarakat akan berdampak sangat buruk bagi lingkungan
bangsa dan negara kita ini. Salah satu dampak buruknya yang bisa terjadi yaitu
dapat memecah belah kehidupan dilingkungan masyarakat. Sehingga akan
menimbulkan yang namanya permusuhan, hati dan pikiranpun akan terbebani akan
hal itu, bahkan berdampak kerugian secara fisik maupun materil dan ditertawakan
bangsa asing.
Karena Kerempugan bukanlah wadah kearoganan ataupun sifat keangkuhan. Kerempugan bukanlah alasan yang dimana kekuatan bisa menjadi segalanya dan menindas untuk terwujudnya kepentingan. Kerempugan itu bentuk rasa simpatik pemersatu bangsa.
Tumbuhkanlah selalu nilai-nilai kerempugan untuk mempererat tali silahturahmi,
bukan hanya khusus kaum betawi, namun mari kita ciptakan kerempugan berskala nasional
dalam satu wadah NKRI. Melalui budaya, social, politik dan organisasi bahwa
kaum betawi menjunjung tinggi nilai kerempugan demi terciptanya kedaulatan
Indonesia yang hakiki.
Salam
Rempug..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar